Rektor UICI: Kesenjangan Pendidikan di Desa Bisa Diatasi dengan Pendidikan Digital

Rektor UICI: Kesenjangan Pendidikan di Desa Bisa Diatasi dengan Pendidikan Digital

Smallest Font
Largest Font

PORTALBOGOR.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) yaitu Prof. Laode Masihu Kamaluddin menuturkan bahwa pendidikan berbasis desa merupakan solusi masa depan dalam mengatasi kesenjangan ekonomi dan digital.

Ungkapan tersebut disampaikan Prof. Laode Masihu Kamaluddin dalam webinar yang diadakan oleh Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) MPO pada Minggu, 06 Oktober 2024. 

Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) mengungkapkan pentingnya penerapan konsep rural bias education untuk menghadapi tantangan global dan meningkatkan kesejahteraan daerah pedesaan. 

Pendekatan ini berfokus pada peningkatan keterampilan digital dan kewirausahaan dikalangan generasi muda desa, yang menjadi elemen kunci untuk menyetarakan kondisi ekonomi dengan wilayah perkotaan.

Dalam paparannya, Prof. Laode menjelaskan bahwa industrialisasi yang terjadi di wilayah pedesaan harus dibarengi dengan pendidikan yang memadai. 

Namun, dirinya juga menggarisbawahi adanya tantangan besar yang dihadapi oleh generasi muda di pedesaan terkait kesenjangan pendidikan.

Sementara itu, data yang diungkap oleh Prof. Laode memperlihatkan kondisi serius yang dihadapi generasi muda di Indonesia. 

Dari total 34,4 juta Generasi Z berusia 15-25 tahun, sebanyak 9,9 juta masih menganggur, dan hanya 39,7% yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. 

Tingginya angka pengangguran ini menjadi sinyal darurat bagi masa depan ekonomi pedesaan yang berpotensi tertinggal dalam persaingan global.

"Penerapan rural bias education sangat penting dalam menciptakan ekosistem ekonomi pedesaan yang produktif. Dengan pendidikan berbasis digital, kita dapat membangun generasi muda di daerah pedesaan yang siap menghadapi tantangan masa depan," tegas Prof. Laode yang dikutip portalbogor.com melalui laman uici.ac.id pada Minggu (06/10).

Pendidikan digital dapat mempersempit kesenjangan antara kota dan desa, sekaligus mempersiapkan para pemuda dengan keterampilan yang relevan untuk menjawab tantangan global.

Walaupun tantangan besar menanti, Prof. Laode tetap optimis terhadap potensi sektor digital Indonesia yang diperkirakan bisa menyumbang Rp4.434 triliun pada tahun 2030. 

Namun, untuk mencapai itu, diperlukan dukungan yang kuat dari pemerintah dalam bentuk regulasi adaptif, infrastruktur yang memadai, dan kurikulum yang mengikuti perkembangan teknologi.

Pendidikan tinggi harus berperan dalam menjembatani kesenjangan dengan menghadirkan solusi pendidikan yang relevan dan berbasis kebutuhan lokal, terutama di daerah pedesaan. 

Prof. Laode yakin bahwa rural bias education bisa menjadi kunci dalam mempersiapkan talenta digital dari wilayah pedesaan, yang akan mendukung pembangunan ekonomi secara berkelanjutan.

Sebelum Prof. Laode, Ketua Umum PB HMI MPO yaitu Mahfut Khanafi, menyampaikan pentingnya adaptasi teknologi bagi generasi muda, khususnya kader HMI. 

Menurutnya, teknologi dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam mendorong kemajuan pendidikan dan pembangunan di pedesaan. 

"Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi menjadi kunci bagi generasi muda, khususnya kader HMI, untuk terus maju dan memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat," tegas Mahfut. 

Pandangan ini sejalan dengan gagasan rural bias education yang menekankan pada penggunaan teknologi untuk menjawab tantangan geografis dan meningkatkan kemampuan generasi muda di daerah terpencil.***

Editors Team
Daisy Floren