HMI Badko Jakarta dan Jabar Soroti Kerusakan Lingkungan Pasca Pengeboran PT Star Energy Geothermal, Sekum Badko HMI : Siap Gelar Aksi Lanjutan

HMI Badko Jakarta dan Jabar Soroti Kerusakan Lingkungan Pasca Pengeboran PT Star Energy Geothermal, Sekum Badko HMI : Siap Gelar Aksi Lanjutan

Smallest Font
Largest Font

PORTAL BOGOR, Pamijahan - Star Energy Geothermal merupakan salah satu perusahaan Produksi Panas Bumi Terbesar di Indonesia yang telah beroperasi kurang lebih selama 20 tahun di bumi pertiwi.

Wildan Nugraha selaku Sekretaris Umum Badko HMI Jakarta dan Jabar menyoroti Perusahaan tersebut terkait dampak lingkungan sekitar pasca pengeboran.

"SE ini kan perusahaan produksi panas bumi terbesar di indonesia, pada dasarnya kami melihat adanya ketimpangan sosial yang sangata signifikan dari masyarakat sekitar yang terdampak pada proses pengeboran/ drilling dan Fracking (hydraulic fracturing), yang ada di Wilayah Pamijahan Kabupaten Bogor" ujar Wildan.

Menurutnya Dari hasil kajian, Fracking atau (Hydraulic Fracturing) merupakan salah satu dampak yang langsung diterima oleh masyarakat sekitar merupakan Gempa Bumi Minor yang terus dirasakan oleh masyarakat sekitar Industri tersebut, ini merupakan salah satu dampak geografis yang semakin lama akan semakin memburuk jika tidak diberhentikan. 

"Berdasarkan Pengamatan serta kajian langsung terjun ke tataran masayarakat sekitar lokasi produksi tersebut, telah merasakan dampak yang berangsur-angsur memburuk setelah sekian tahun mendapatkan dampak tersebut", kata Wildan.

Selain itu resiko tercemarnya air pun bisa dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar produksi karena hasil dari larutan hidrothermal seperti arsenik dll akan dapat mencemari secara langsung dan bertahap diwilayah terdampak. 

"Banyak dampak negatif yang dirasakan masyarakat sekitar selama SE beroprasi, apalagi kalau mulai pengeboran sumbur baru", sambungnya.

Belum lagi tambahnya, masalah program Bonus Produksi yang masih belum merata dirasakan oleh seluruh masyarakat terdampak menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, serta lingkungan yang jika terus dibiarkan akan menjadi bom waktu di kemudian hari ini

"Bonus produksi haya jadi bancakan Oknum yang memiliki kekuasan saja biarpun sudah dibuat perbub/perdanya, tetapi dari segi pengawasannya tidak ada, apa lagi bicara dana CSR yang tidak jelas bagi masyarakat yang terdampak terkhusus di 4 Desa ring utama wilayah SE gunung salak", ucapnya.

Melihat hal tersebut Maka Himpunan Mahasiswa Islam Badan Koordinasi Jakarta dan Jawa Barat akan melakukan aksi lanjutan di depan kantor Star Energy Pusat dengan menuntut kejelasan serta meminta tanggung jawab dari Perushaan Star Energy Geothermal dalam menangani berbagai masalah yang dialami oleh masyarakat wilayah pamijahan Kabupaten Bogor. 

Adapun tuntutan yang diminta oleh badan koordinasi HMI Jakarta-Jabar ialah, 

1. Mempertanyakan program CSR yang dilakukan oleh Star Energy Ltd. diwilayah Pamijahan Kabupaten Bogor yang terkena dampak langsung dari produksi tersebut.

2.  Mendesak kepada Direksi Star Energy Geotehermal agar segera mengevaluasi kinerja produksi Star Energy di wilayah Pamijahan tersebut, karena warga terus merasakan dampak negatif dari pengeboran panas bumi, berupa gempa lokal dan kekeringan diwilayah tersebut sehingga berdampak secara Fisik, Sosial Maupun Ekonomi yang dimana wilayah tersebut ialah salah satu ladang panas bumi terbesar di dunia. Akan ironis jiga warga yang terdampak tidak mendapatkan perhatian setimpal dari adanya industri tersebut diwilayahnya.

3. Berdasarkan hal tersebut kami meminta kejelasan secara komprehensif terkait Program CSR pada wilayah yang terdampak pada industri tersebut.

4. Jika hal-hal diatas tidak terpenuhi maka kami meminta untuk Star Energy Geotehermal untuk menghentikan produksi di wilayah pamijahan dan segera menyelesaikan permasalahan tersebut agar terciptanya kesejahteraan yang kongkret kepada seluruh masyarakat yang terdampak.

"Ini merupakan bentuk ikhtiar kami dalam memperjuangkan hak-hak yang harusnya didapatkan oleh masyarakat sekitar yang terdampak" tegas Wildan. (***)

Editors Team
Daisy Floren