Budi Djatmiko Kunjungi UICI, Serukan Pendidikan Berbasis Digital

Budi Djatmiko Kunjungi UICI, Serukan Pendidikan Berbasis Digital

Smallest Font
Largest Font

PORTALBOGOR.COM, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Seluruh Indonesia (APTISI) yaitu Dr. Ir. H.M. Budi Djatmiko, M.Si., M.E.I. melakukan kunjungan ke Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) pada Jumat, 04 Oktober 2024.

Pada kunjungan tersebut, Budi Djatmiko menekankan urgensi transformasi pendidikan di Indonesia dalam menghadapi tantangan era digital. 

Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Seluruh Indonesia itu juga mengungkapkan bahwa sistem pendidikan Indonesia masih berfokus pada kebutuhan perkotaan, meninggalkan desa dalam ketertinggalan.

Dalam pernyataannya, Budi Djatmiko menyoroti bagaimana urban bias education menciptakan ketimpangan antara lulusan desa dan perkotaan. 

Hal ini diperparah dengan kondisi dimana lulusan desa yang menempuh pendidikan di kota sering enggan kembali ke kampung halaman karena tidak adanya ekosistem yang mendukung kemampuan mereka.

"Anak-anak desa yang kuliah di kota sering kali tidak kembali karena ekosistem di desa tidak mendukung keahlian yang mereka miliki," tegas Budi Djatmiko yang dikutip portalbogor.com melalui laman uici.ac.id pada Senin (07/10).

Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Seluruh Indonesia mengungkapkan bahwa situasi tersebut menyebabkan stagnasi pembangunan di desa karena para lulusan tidak dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka dapatkan untuk membangun kampung halaman.

Fenomena ini menciptakan konflik yang dalam antara kebutuhan perkembangan desa dan realitas pendidikan yang saat ini lebih berfokus pada wilayah perkotaan. 

Lulusan desa, yang telah menghabiskan waktu dan sumber daya untuk mengejar pendidikan tinggi, akhirnya tidak kembali karena merasa kemampuan mereka tidak berguna di desa yang belum memiliki ekosistem digital yang memadai.

Untuk mengatasi masalah ini, Budi Djatmiko menawarkan solusi penting yaitu penerapan Rural Bias Education for Industrialization. 

Dirinya berpendapat bahwa kampus-kampus di Indonesia, termasuk UICI, perlu lebih proaktif dalam menjangkau desa dengan teknologi digital. 

Teknologi ini, seperti media sosial, kecerdasan buatan (AI), dan machine learning, memungkinkan kampus untuk menyediakan akses pendidikan berkualitas tanpa batasan geografis.

"Dengan media sosial, kecerdasan buatan (AI), dan machine learning, ilmu pengetahuan kini ada di genggaman. UICI telah menjadi pelopor dalam penggunaan teknologi digital," ungkap Budi Djatmiko. 

Hal ini menunjukkan bahwa UICI sudah mengambil langkah besar untuk mengatasi tantangan kesenjangan pendidikan di wilayah pedesaan.

Budi Djatmiko juga menyerukan kepada seluruh kampus di Indonesia untuk terlibat aktif dalam pembangunan desa. 

Ia menekankan pentingnya menciptakan ekosistem industri di desa melalui dukungan dari kampus, sehingga lulusan dari desa dapat kembali dan memanfaatkan kemampuan mereka untuk membangun kampung halaman.

Dalam konteks global, Budi Djatmiko menekankan pentingnya transformasi pendidikan di Indonesia untuk bisa bersaing dengan negara-negara maju. 

"Jika Indonesia ingin maju setara dengan negara-negara Barat atau Asia, seperti Jepang dan Korea, maka pola pendidikan harus diperbaiki, terutama dalam menciptakan sistem yang relevan dengan kebutuhan masyarakat desa," ujarnya. 

Pernyataan ini menegaskan bahwa tanpa perbaikan yang serius pada sistem pendidikan, khususnya dalam menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan masyarakat desa, Indonesia akan semakin tertinggal dalam persaingan global. 

Budi percaya bahwa transformasi digital dan keterlibatan kampus dalam pembangunan desa dapat menjadi kunci untuk memajukan negara secara keseluruhan.***

Editors Team
Daisy Floren